MENGULIK SUKSESNYA PRODUK UMKM KERIPIK GEBYAR FARM
Sejarah berdirinya “Gebyar Farm” usaha home industry milik Bu Sri Wulandari ini dilatarbelakangi karena dahulu wilayah Desa Keboireng mayoritas mata pencahariannya sebagai seorang petani salah satunya petani pisang. Pada tahun 2008 pisang di perkebunan sini sangat melimpah tetapi karena pemasarannya masih sulit akhirnya para petani pisang pun berinisiatif untuk menjadi pedagang pisang. Setelah dijalani ternyata menjadi pedagang pisang itu kendalanya ialah pisangnya cepat matang/membusuk sehingga pisang tidak laku lagi. Oleh karena itu, Bu Ndari memiliki ide lagi untuk membuat olahan pisang menjadi keripik yang mana masyarakat dulu masih banyak yang belum tahu. Sejak tahun 2010 hingga saat ini, usaha keripiknya telah berdiri sekitar 13 tahun lamanya.
Keripik olahan pisang ini bahan bakunya diambil dari kebun sendiri selain itu juga berasal dari kios pengepul pisang yang didatangkan oleh para petani pisang. Kios ini berlokasi di Jalan Lintas Selatan (JLS) menuju Pantai Gemah. Dalam sekali datang pisang yang diantar memiliki jumlah sekitar satu ton lebih. Namun demikian, terdapat kekurangan yaitu tidak bisa memilih karena kapasitasnya banyak. Setelah siap bahan baku, proses pembuatan diawali dengan pengupasan, dipasah, dicuci bersih, dikasih sedikit pewarna makanan supaya warnanya sama rata lalu digoreng dan dibumbui. Adapun bumbu atau perasa makanan yang disajikan antara lain ada rasa gurih bawang, rasa manis, rasa coklat, original, dan pedas manis sementara rasa yang paling best seller ialah rasa gurih bawang dan rasa manis.
Pisang byar biasa dikenal sebagai pisang tanduk. Selain keripik pisang, keripik mbothe dan keripik singkong juga diolah melalui proses yang sama. Pemasaran produk keripik pada awalnya sangat sulit karena masyarakat belum mengetahui keripik itu apa dan masih masa pengenalan produk keripik. Seiring berjalannya waktu Bu Ndari bergabung dengan instansi pemerintahan seperti Dinas pertanian, industri, koperasi, dan kesehatan. Bergabung dengan berbagai pihak tersebut dapat memperkaya wawasan Bu Ndari sebagai pelaku UMKM untuk dapat mengetahui cara meningkatkan kualitas produk dan strategi pemasaran. Selain itu, Bu Ndari juga sering mengikuti seminar dan pelatihan. Terbukti produknya sekarang sudah memiliki sertifikasi halal, variasi rasa produk, serta packaging/pengemasan yang menarik. Hal-hal tersebutlah yang membuat produk keripiknya dapat dikenal oleh masyarakat luas.
Figure 2 Dokumentasi Pribadi
Pemasaran produk keripik Bu Ndari telah sampai diberbagai daerah seperti Surabaya, Sidoarjo, Pasuruan, Kediri dan Yogyakarta. Produk yang telah jadi biasanya diambil oleh para pengepul bahkan Bu Ndari juga jarang melakukan sales untuk memasarkan produknya. Satu kali pengambilan barang produk oleh pengepul yaitu satu box yang diperkirakan hampir dua ton keripik. Selain diambil oleh pengepul, produk keripik juga dipasarkan melalui media online dengan harga mulai Rp. 15.000 ke atas. Harga keripik Mbothe Rp. 10.000 perkemasan, keripik pisang dan keripik singkong Rp. 15.000 perkemasan. Harga ini khusus untuk pembeli yang datang langsung ke rumah. Sementara ini tidak ada kendala dalam pemasaran bahkan kekurangan bahan baku terutama keripik pisang karena kemarau yang panjang membuat pisang agak sulit didapatkan.
Meskipun demikian, Bu Ndari sudah merasa cukup dengan perkembangan usahanya sampai saat ini karena melimpahnya pesanan dari berbagai daerah. Usaha yang telah maju ini, menambah harapan baru bagi Bu Ndari yaitu “Semoga petani yang berada di daerah ini tidak hanya petani-petani berusia tua saja, tetapi berharap ada generasi petani muda, sebab milenial dengan pemikiran yang lebih maju, perekonomian pun dapat lebih maju.” Beliau menambahkan bahwa anak-anak muda zaman sekarang jangan meremehkan petani karena semua bisa disesuaikan dengan gaya saat ini seperti peternakan tidak harus ngarit setiap hari, sekarang terdapat pakan-pakan yang kaya karbohidrat dan protein tidak hanya rumput saja. Jadi, tidak harus ngarit terus, berkotor-kotoran dengan eranya yang maju kita juga harus maju.
Selain itu, usaha Bu Ndari juga telah merambah dalam bidang peternakan. Hal tersebut dilatarbelakangi karena idenya untuk mengatasi limbah sisa hasil produksi. Peternakannyapun sudah memiliki sekitar 100 an ekor kambing untuk mengembangkan usahanya. Penulis berharap semangat usaha Bu Ndari dapat ditularkan pada pelaku UMKM rumahan lain yang berada di wilayah Desa Keboireng.
Ditulis Oleh: Almas Uzma Qatrunnada & Nida Lathifah
KKN 111 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta